[Sejarah Khawarij] – Ikhwanul Muslimin di Mesir 1948-1949 M

darussalam_sejarah-hitam-khawarij_mesir-1948-1949-fbl

  • Pagi hari tanggal 24 Maret tahun 1948 M ketika seorang hakim bernama Ahmad Bik Al-Khozandar keluar dari rumahnya menuju ke daerah bernama Helwan, dengan berjalan kaki menuju stasiun kereta tiba-tiba dadanya ditembus peluru dari pistol otomatis kaliber 9 mm merek Bareta, penembakan itu bertujuan untuk membalas dendam terhadap Khozandar dan juga untuk menakut-nakuti para hakim lainnya agar tidak mengadili perkara yang berhubungan dengan tuduhan yang tidak jelas pada Ikhwan atau anggotanya. Dengan kejadian ini kesatuan khusus yang awalnya dibentuk untuk melawan pasukan penjajah dan Zionis Israel jadi melenceng. “Seorang hakim yang muslim, apalagi dia seorang sipil, dibunuh hanya karena hakim itu menangani perkara dari salah seorang anggota Ikhwanul Muslimin.“

Kolonel Fu’ad ‘Allam (mantan wakil intelijen Mesir)

  • Kedua pelaku penembakan lari ke atas bukit dan berhasil dikepung oleh polisi, kedua pelaku itupun berhasil ditangkap, setelah lima bulan dijatuhkanlah hukuman terhadap pelaku yaitu Hasan Abdul Hafidz dan Mahmud Zein Hum dengan hukuman kerja paksa seumur hidup tanpa upah. “Kami melakukan persidangan terhadap Abdurrohman Sanadi, “Apakah kamu diperintahkan imam syahid ?”. “Apakah kamu diinstruksikan imam syahid untuk membunuh Al-Khozandar?”

Mahmud As-Shobagh (salah satu Komandan kesatuan khusus IM)

*imam syahid maksudnya Hasan al-Banna, ini karena cerita dari pihak IM sendiri#

  • Abdurrahman Sanadi (Komandan satu kesatuan khusus IM) membela dirinya di persidangan yang dipimpin oleh DR. Abdul Aziz Kamil, bahwa ia memang ditugaskan oleh Hasan Al-Banna (untuk membunuh Khozandar) dengan pernyataan (Abdurrrahman Sanadi) tersebut , (*tapi) sebagian Ikhwan berharap semoga pemimpin Jama’ah (Hasan Al-Banna) tidak terseret dalam kasus ini, (mereka berharap pula) kasus ini cukup antara si pelaku dan pihak keamanan saja.”

DR. Ahmad Roif (Cendekiawan Islam)

  • “Imam syahid sangat sedih dan menangis tersedu-sedu melihat kasus ini ( mengingat beliau tidak pernah menginstruksikan membunuh rakyat sipil), (iman syahid tidak habis pikir) mengapa Abdurrahman Sanadi bisa membuat pernyataan seperti itu?”

Mahmud As-Shobagh (salah satu Komandan kesatuan khusus IM)

  • “Hasan Al-Banna berkata ,”Setelah kejadian ini tidak boleh ada lagi aksi apapun tanpa surat perintah tertulis resmi dari saya”. Beberapa penangggung jawab kesatuan khusus menolak kebijakan yang diputuskan Fadhilatul Ustadz (Hasan Al-Banna) ini, (penanggung jawab yang menolak kebijakan Hasan Al-Banna) mengatakan, “Sudahlah…, tidak masuk akal jika urusan seperti ini saja harus dengan surat resmi, …kalau begini, kita tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali atas persetujuan dari komandan kesatuan khusus yang lima orang itu.”

Ahmad ‘Adil Kamal (salah seorang kader kesatuan khusus Ikhwanul Muslimin)

  • “Pernah ditanyakan kepada Abdurrahman As-Sanadi mengapa ia membunuh Khozandar, (Abdurrahman As-Sanadi selaku komandan) pelaku mengatakan, ”Dalam gambaran saya aksi ini akan disetujui oleh Fadhilatul Mursyid”, seperti itu kira-kira… karena Mursyid tahu bahwa (Abdurrahman) Sanadi berkata jujur (lugu), makanya Imam Syahid menangis, sementara itu keputusan ada di tangan pengadilan. Ikhwan membenarkan bahwa saudara Abdurrahman As-Sanadi telah jatuh pada pemahaman yang salah, dimana Ikhwan belum pernah melakukan aksi ini sebelumnya mereka (IM) memandang peistiwa (pembunuhan) ini sangat keliru, tidak ada prinsip (IM) mendorong Abdurrahman atau (Ikhwan) lainnya, membunuh orang tanpa alasan, namun yang mereka maksud (dibolehkan) membunuh orang seperti cendekiawan Mesir (untuk alasan tertentu) contohnya Khozandar. Artinya mereka membolehkan membunuh orang tertentu untuk tujuan politik seperti pembunuhan terhadap Khozandar, lantaran itulah maka tersangka membunuh rakyat yang tidak bersalah“.

Rof’at As-Sa’id (Ketua Partai Sosialis Mesir)

  • “Kami memperingatkan Sanadi agar tidak mengulangi kesalahan ini lagi, kesatuan khusus tetap berjalan tetapi tidak melibatkan Abdurrahman lagi. Imam Syahid mengatakan, ”kita akan membayar ganti rugi (kepada keluarga Khozandar) dan meminta pemerintah untuk mewakilkan penyerahan ganti rugi tersebut kepada keluarga Khozandar. Setelah permasalahan ini selesai, tidak boleh terulang lagi kejadian ini pada Ikhwan.”

Mahmud As-Shobagh (salah satu komandan kesatuan khusus IM)

  • “Ini pernyataan Ikhwan yang ditulis Ustadz Hasan Al-Banna ketika menangani permasalahan teror dan pembunuhan. Inilah salah satu contoh dari beberapa contoh kasus yang menunjukkan kalau jama’ah ini melakukan aksi teror dengan hati yang dingin.

DR. Rof’at As-Sa’id (Ketua partai Sosialis Mesir)

  • “Saya belum pernah mengalami masa yang paling menyedihkan seperti yang saya lihat ketika itu saat itu seolah-olah hilang semua kepercayaan (masyarakat kepada Ikhwan), (Hasan Al-Banna) mencurahkan perasaannya di depan saya, dan mengungkapkan kalimat yang tidak pernah saya lupakan. (Beliau berkata), “Saya yang membangun Jama’ah ini, tapi mereka yang menghancurkannya.”

Muhammad Farid Abdul Kholiq (Anggota lama di Markas Irsyad)

  • “Menurut saya, permasalahan Khozandar ini menjadi besar, karena peristiwa ini merupakan pembunuhan pertama yang menimpa hakim sipil tanpa alasan yang jelas. Sebagai reaksi atas peristiwa itu, masyarakat Mesir ketika itu turun ke jalan menunjukkan sikap menolak kejahatan ini“.

Kolonel Fu’ad ‘Allam (mantan wakil intelijen Mesir)

  • Pada tanggal 15 November 1948 M, terjadi situasi yang genting, keberadaan kesatuan khusus Ikhwanul Muslimin terungkap oleh pihak keamanan Mesir, di salah satu jalan di kota Abasyiyah ditemukan sebuah Jeep tanpa nomor polisi yang di dalamnya terdapat bom, senjata, amunisi, bahan peledak, dan ditemukan juga skenario aksi peledakan kedutaan Inggris dan Amerika serta daftar nama-nama anggota kesatuan khusus berikut sandi komunikasi rahasia dan rencana lain seputar target-target yang ingin diledakkan, dan berdasarkan barang bukti tersebut bahwa Ikhwan bertanggung jawab atas peledakan-peledakan yang terjadi belakangan ini semua ini terjadi seolah secara kebetulan, akan tetapi secara kebetulannya ‘ala polisi Mesir saja, hal ini dilakukan agar mereka memiliki alasan untuk menutup Jama’ah Ikhwanul Muslimin dengan kata lain semuanya ini adalah rekayasa. “Ada dua orang pemilik mobil jip, salah seorangnya bernama At-Thobbuli, tinggal di daerah Mesir Baru, salah satu mobil dijual ke Ikhwan, Ikhwan menggunakan mobil tersebut unuk keperluan kemiliteran (Ikhwan), suatu ketika mobil tersebut digunakan untuk memindahkan dokumen-dokumen kesatuan khusus ke suatu tempat yang dianggap lebih aman. Orang yang ditugaskan memindahkan tugas terebut, meminta bantuan kepada tiga orang pesuruh gedung untuk memindahkan dokumen. Maka pesuruh itu berangkat (mengambil barang dari) mobil Jip, mereka masuk ke dalam rumah yang saat itu pintunya terbuka. Di dalam rumah, mereka melihat senjata dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan militer (ikhwan). Tiba-tiba mereka mengambil dan membawa lari senjata (yang ada dalam rumah) menggunakan mobil Jip, beberapa Ikhwan mengejar mereka, dua pesuruh itu tertangkap sementara yang satunya lagi berhasil lolos“.

Mahmud As-Shobagh (salah satu Komandan kesatuan khusus IM)

  • “Saya dan Ikhwan lainnya berhasil menangkap dua orang, namun yang kabur satu orang lagi berhasil kabur. Pada waktu bersamaan, Haji (Musthafa) Manshur keluar rumah membawa tas yang berisi skenario rencana aksi berikutnya. Mereka menangkap Haji Masyhur dengan tuduhan beliau dianggap sebagai pembawa mobil Jip yang dikaitkan dengan isi tas yaitu skenario rencana aksi yang sedang beliau bawa, dari sini terungkaplah sebagian aksi-aksi yang akan dilakukan (pasukan khusus)”.

Ahmad ‘Adil Kamal (salah seorang kader kesatuan khusus Ikhwanul Muslimin)

  • Beberapa hari setelah terungkapnya rahasia keberadaan Pesatuan Khusus tepatnya pada pagi hari tanggal 4 Desember, seorang polisi Kairo yang bernama Kolonel Salim Zaki Hakimdar terbunuh di tangan mahasiswa tingkat pertama, pemerintah menyiarkan di media masa kalau pelakunya adalah seorang yang loyal terhadap Ikhwan, dengan peristiwa ini maka kerenggangan hubungan antara Ikhwan dengan pemerintah Sa’adiyah mencapai puncaknya. Pada hari itu juga Hasan Al-Banna meminta Wakil Perdana Menteri yang bernama Hamid Jaudah untuk menjadi mediator atas ketegangan Ikhwan dengan perdana mentri Naqrosyi Basya, tujuannya agar dapat dimulai lembaran baru hubungan antar pemerintah dan Jama’ah, akan tetapi permintaan Hasan Al-Banna ditolak, maka Hasan Al-Banna menyadari bahwa keadaan semakin genting. “Pembunuhan (Kol. Salim Zaki Hakimdar) secara kebetulan saja bukan karena unsur sengaja atau direncanakan sebelumnya, waktu itu, ada aksi demonstrasi di Fakultas kedokteran dan (Kol. Salim Zaki Hakimdar) beserta anak buahnya merangsek masuk ke dalam Fakultas Kedokteran, dia duduk di atas gerobak sambil memegang senjata, dia bermaksud membubarkan demonstran dengan cara kekerasan dan kekuatan, selanjutnya ada mahasiswa yang melemparkan granat dari lantai empat. Granat tersebut jatuh persis dikakinya, kemudian meledak, diapun mati saat itu juga”.

Ahmad Ro’if (cendekiawan Islam)

  • “Apa komentar saudara Mahmud Sobbagh? Melempar granat pada waktu demonstrasi ketika itu adalah hal yang biasa?”. Kok saya baru tahu kalau begitu, padahal saya ikut demo saat itu, siapa yang bilang ada yang melempar (granat)…, tidak ada yang melempar bom, melainkan Ikhwanul Muslimin, kami cuma melempar tanah liat, ini yang membedakan aksi kami dengan Ikhwanul Muslimin, beginilah cerita singkat pembunuhan Salim Zaki”.

DR. Rof’at As-Sa’id (Ketua partai Sosialis Mesir)

  • Hasan Al-Banna terus berusaha memperbaiki keadaan termasuk menelepon Raja Faruq dan sekretaris kerajaan yang bernama Ibrahim Abdul Hadi, meskipun pada akhirnya telepon beliau tidak ada yang mengangkat, dalam upayanya menyelesaikan permasalahan yang ada Hasan Al-Banna lebih banyak bersikap mengalah. Pada tanggal 6 Desember 1948pemerintah mengeluarkan perintah pembredelan surat kabar Jama’ah Ikhwanul Muslimin. Dalam headline (tajuk) Koran Al-Asas yang berdasarkan keterangan partai As Sa’adi, memberitakan bahwa pemerintah akan mengumumkan berita menggemparkan, selang dua hari kemudian keluar lagi perintah dari Raja agar pasukan Ikhwan yang ada di Palestina ditarik ke markas, pada jam sepuluh malam Wakil Departemen Dalam Negeri yang bernama Abdurrahman Ama menelpon Hasan Al-Banna, dia mengatakan akan ada kabar gembira terkait perbaikan hubungan antara Jama’ah Ikhwan dengan pemerintah yang akan diumumkan nanti malam, mendengar kabar tersebut sebagian anggota Jama’ah Ikhwan kemudian berkumpul di kantor pusat menunggu-nunggu berita keputusan pemerintah lewat radio, tepat pada jam sebelas malam siaran radio mengumumkan keputusan dari Mahkamah Militer nomor 63 tahun 1948 yang berisi tentang pembubaran Jama’ah Ikhwanul Muslimin berikut semua cabangnya di dalam negeri, juga menutup dan menyita semua aset dan sumber pendanaan milik jama’ah, beberapa menit setelah pengumuman tersebut kantor pusat Ikhwan telah dikepung polisi dari berbagai penjuru kemudia menangkap semua orang yang ada di dalamnya, Hasan Al-Banna menunggu giliran untuk ditangkap, tapi anehnya tidak satu orangpun yang menyentuhnya akhirnya dia melompat ke mobil tahanan polisi dengan harapan ikut ditangkap, akan tetapi polisi menghalau dan menolaknya dengan alasan bahwa instruksi penangkapan hanya untuk anggota Jama’ah Ikhwan saja tanpa Hasan Al-Banna. “(Hasan Al Banna) meminta secara resmi kepada pemerintah (dengan mengatakan), ”saya adalah anggota Ikhwan yang kalian tuduh begini-begitu…, saya termasuk di antara mereka, bahkan sayalah pemimpin mereka…. Ayo tangkap saya!” Karena (Hasan Al Banna) sudah merasa akan datang bahaya, ketika dia (secara sengaja) dibiarkan sendiri dan tanda-tandanya dia lihat secara langsung“.

Muhammad Farid Abdul Kholiq (anggota lama di maktab Irsysad)

  • “Setelah krisis penangkapan ini, tersiar berita yang diterima Naqrosyi Basya bahwa Ikhwanul Muslimin akan balas dendam kepadanya dengan cara apapun, termasuk dengan cara yang digunakan (Ikhwan) untuk melawan Israel.”

Mahmud As-Shobagh (salah satu Komandan kesatuan khusus IM)

  • “Permasalahan sebenarnya dipicu partai tertentu, yaitu partai Sa’adi yang dipimpin Mahmud Fahmi Naqrosyi Basya, yang sebenarnya partai kecil dan kadernya pun paling sedikit dibanding partai lainnya, namun mereka sangat berambisi memenangkan pemilu, sementara satu-satunya partai yang mereka takuti dalam pemilu ini adalah Ikhwan.”

Ahmad ‘Adil Kamal (salah seorang kader kesatuan khusus Ikhwanul Muslimin)

  • Kesalahan besar bagi Ikhwanul Muslimin menurut ilmu ramalan perbintangan Mesir, mereka ingin menguasai posisi-posisi penting dalam pemerintahan dan mengganti para pejabat-pejabat yang ada.”

Jamal Al-Banna (adik bungsu Hasan Al Banna)

  • Terjadi reaksi keras pada sekelompok anggota Ikhwan atas keputusan pemerintah yang telah menutup organisasinya, bahkan reaksi tersebut sampai ke tingkat kemungkinan akan membalas perbuatan Naqroshi Basya oleh karena itu Naqroshi Basya memperkuat pengawalan atas dirinya sementara gerak-geriknya selalu diintai oleh Ikhwan yang menolak keras keputusan pemerintah. Saat itu Mahmud Fahmi Naqrosyi Basha menjabat sebagai Perdana Menteri, ketua partai Sa’adi, hakim umum militer, juga menjabat sebagai Mentri Dalam Negri dan Mentri Keuangan di kabinetnya. Puncaknya akibat pembubaran Ikhwan oleh Naqroshi, anggota Ikhwan yang pernah dilatih oleh Abdurrahman As-Sanadi memutuskan untuk membunuh Naqrosi Basya, kemudian mereka pun merancang skenario pembunuhan. “Keputusan Naqrosyi Basya membubarkan Jama’ah Ikhwan dan mengambil semua hartanya, tidak mungkin dilakukan oleh seorang yang beriman, sehingga memicu sekelompok pemuda Ikhwanul Muslimin dari sebagian anggota kesatuan khusus merencanakan untuk membunuhnya.”

Mahmud As-Shobagh (salah satu Komandan kesatuan khusus IM)

  • Siapa yang berani membubarkan Jama’ah Ikhwan, berarti dia siap menanggung resiko dibunuh karena (mereka menganggap) kalau sampai dibubarkan, berarti (yang membubarkan) akan mati. Dan ini terbukti. (Di mata Ikhwan) apa yang diputuskan Naqrosyi sama dengan perbuatan teroris nomor satu.”

Jamal Al-Banna (adik bungsu Hasan Al Banna)

  • “Saya tidak yakin (pandangan yang mensejajarkan orang orang yang menutup Jama’ah sama dengan teroris/penjajah) adalah benar, karena ini hal yang sangat berbeda. Ketika berjuang mengusir penjajah untuk kemerdekaan, (membunuh) itu sesuatu yang sah, sedangkan si Fulan yang hanya memusuhi Jama’ah, (mengapa) harus dibunuh juga sampai kapan pun prinsip berfikir seperti ini salah, kalau tidak, ini sama dengan membuka pintu malapetaka. Jangan sampai ada orang yang hanya karena berbeda pandangan dengan yang lain boleh dibunuh, misalnya dengan alasan dia berkhianat, dia memusuhi dakwah…, yang jelas, dalam prinsip mereka, dibolehkan membunuh.”

DR. Rof’at As-Sa’id (Ketua partai Sosialis Mesir)

  • “Tentang (pembunuhan Naqrosyi) yang dihadapi Syekh Hasan Al-Banna sesungguhnya peristiwa ini bukan atas perintahnya, juga buka keinginannya, bahkan dia pun tidak mengetahui rencana tersebut akan tetapi ini hanya perbuatan sekelompok pemuda Ikhwan yang menganggap pembubaran Jama’ah Ikhwan berarti memusuhi syari’at Allah dan agama-Nya dan orang yang melakukan ini, menurut pemahaman mereka harus dihukum.”

DR. Abdulloh Rosywan (saksi Ikhwan dalam perkara pembunuhan Naqrosyi)

  • Saya rasa orang seperti ini gegabah dan menyimpang, (membunuh) dengan cara apapun tanpa memeperhitungkan siapa yang boleh dan tidak boleh.”

Jamal Al-Banna (adik bungsu Hasan Al Banna)

  • Kelompok anak muda yang memusuhi Naqrosyi akhirnya berhasil membunuh Naqrosyi di dalam kantor Departemen Dalam Negeri, dan disaksikan beberapa perwira polisi. “Pelaku (yang membunuh Naqrosyi) menyamar memakai pakaian polisi. Dia masuk melalui lift, kemudia dia menembak (Naqrasyi) hingga tewas.

Mahmud As-Shobagh (salah satu Komandan kesatuan khusus IM)

  • Kejadian ini terjadi pada jam sepuluh pagi hari selasa pada tanggal 28 Desember 1948. “Dan ketika iring-iringan jenazah (sedang berjalan) ada yang berteriak, “revolusi… revolusi…”, (saya katakan). ”bukan, …itu pasti bukan dari pengikut Al-Banna. Saya yakin itu”, karena kalimat “revolusi… revolusi.” Yang muncul saat itu berasal dari kubu saya.”

DR. Abdulloh Rosywan (saksi Ikhwan dalam perkara pembunuhan Naqrosyi)

  • Meskipun situasi semakin memanas ditambah Mursyid ‘Amdikepung dan dalam status tahanan rumah, serta Abdurrahman Sanadi dalam penjara karena kasus mobil jip, tetapi hal itu tidak menghalangi unsur dalam kesatuan khusus untuk melakukan aksi baru. Pada pagi hari tanggal 13 Januari 1949 terjadi peledakan di depan gedung Mahkamah Agung di Babul Khuluk, kemudian terungkap pelakunya adalah Shafiq Anas, sementara skenario dan perintah aksi ini dikeluarkan olehSayyid Faiz sebagai penanggung jawab baru dalam kesatuan khusus. Aksi peledakan ini bertujuan menghilangkan berkas perkara dan bukti lainnya serta semua yang berkaitan dengan ikhwan. “Tas yang meledak, sebelumnya diletakan di dalam ruang penyimpanan berkas perkara, berkas perkara yang diincar khususnya adalah berkas yang berhubungan dengan perkara mobil Jip, dan eksekutor dalam aksi ini adalah Syafiq Anas, dia datang (ke kantor Mahkamah Agung) seolah seperti orang kampung yang berpura-pura mengadukan suatu perkara kemudian dia meletakkan tasnya (yang berisi bom) di ruang penyimpanan berkas, kemudian dia bilang ke petugas kalau dia ingin mencari sarapan dulu dan akan datang lagi, setelah dia keluar, petugas di dalam ruangan curiga dengan isi tas. Akhirnya mereka membawa (tas tersebut) ke lapangan di depan gedung Babul Khuluk. Kemudia bom tersebut langsung meledak.”

Ahmad ‘Adil Kamal (salah seorang kader kesatuan khusus IM)

  • “Jika aksi ini berhasil, akan terjadi bencana, karena peledakan ini akan merenggut ratusan korban jiwa. Ketika pelaku (Syafiq Anas) akhirnya berhasil ditangkap, Hasan Al-Banna kembali mengeluarkan statemen yang sudah tidak asing lagi bahwamereka itu bukan dari Ikhwan dan pelakunya bukan Muslim, dan saya tidak ada hubungan dengan para pelaku, saya juga berharap punya kesempatan membubarkan Jama’ah ini, agar saya terbebas dari seluruh musibah ini.Dan Hasan Al-Banna menulis kepada Raja, dalam penjelasannya, setelah dia memuji-muji raja dan pemerintah, dan pujian-pujian lainnya, kemudian dia menyampaikan kalau dia tidak ada kaitannya dengan pelaku”.

DR. Rof’at As-Sa’id (Ketua partai Sosialis Mesir)

  • “Dalam aksi ini pelaku tidak meminta pendapat Hasan Al-Banna dikarenakan aksi ini pada masa-masa sulit setelah pembubaran Ikhwan. Ustadz Al-Banna sendiri sedang benegosiasi dengan pihak pemerintah agar mencabut keputusan penutupan Jama’ah, (Al-Banna) mengusulkan seorang pengacara bernama Musthafa Mar’i sebagai mediator antara pihak pemerintah dan Ikhwan, namun aksi peledakan ini, menyebabkan keadaan semakin keruh. Musthafa Mar’i mengatakan, ”Saya berusaha bernegosiasi untuk kepentingan (Ikhwan), tapi mereka malah membuat masalah baru sehingga posisi Ustadz Al-Banna semakin sulit.”

Ahmad ‘Adil Kamal (salah seorang kader kesatuan khusus IM)

  • “Ikhwan mengutus Abdul Aziz Basya Ali dan Musthafa Mar’i Bik (untuk menyelesaikan kasus ini), sebenarnya saya kurang suka menafsirkan hal-hal yang tidak jelas, yang pasti Ustadz Musthafa Mar’i sudah membuat draf rancangan perjanjian, dia sudah memulai (negosiasi). Tetapi setelah beberapa kejadian terakhir ini, (*kata Musthafa Mar’i), ”saya tetap menulis naskah perjanjian…, yang isinya bahwa Jama’ah Ikhwan anti kekerasan dan anti terorisme, agar kita bisa mengaktifkan kembali Jama’ah ini.”

DR. Rof’at As-Sa’id (Ketua partai Sosialis Mesir)

  • “Dalam permasalahan ini, Ustadz Hasan Al-Banna melakukan kesalahan karena dia membiarkan kesimpang-siuran sikap Ikhwan ini, sebenarnya dari pihak pemerintah masih memungkinkan membuka peluang pengaktifan kembali Jama’ah ini, pemerintah sudah menerima dan mempelajari draf perjanjian, namun Fadhilatu Mursyid sudah tidak semangat lagi melanjutkannya”.

DR. Rof’at As-Sa’id (Ketua partai Sosialis Mesir)

  • Pagi hari pada tanggal 12 Februari 1949 ada orang yang menduga bahwa waktu eksekusi terhadap Hasan Al-Banna sudah tiba, tempat eksekusi akan dilakukan di depan kantor Organisasi Subbanul Muslimin, persisnya di jalan Mulkah Nasly yang sekarang ini bernama jalan Ramsies, di mana di gedung yang Hasan Al-Banna ikut andil membangunnya ini belakangan dijadikan tempat perundingan antara Jama’ah dengan perwakilan pemerintah untuk membahas pembebasan anggota Jama’ah Ikhwan yang sedang ditahan.

Sumber: Video Dokumenter Al-Jazeera

Dari Syaikh Ahmad an-Najmi, beliau menyebutkan:

Syaikh Abdullah bin Muhammad an-Najmi menjelaskan bahwa kelompok Ikhwanul-Muslimin menyeru untuk melakukan aksi pemberontakan dan revolusi terhadap masyarakat Islam. Berikut ini adalah sebagian ucapan dan perbuatan mereka agar semakin jetas dan berhati-hati darinya:

“Hasan al-Banna, pendiri gerakan Ikhwanul-Muslimin menetapkan metodologi yang rusak ini dan mendukung cara-cara kekerasan untuk melawan pemerintah Islam. Dalam bukunya al-Madkhal ila Da’wah al-Ikhwan (hal. 14), dia berkata:

“Ini adalah pandangan-pandangan yang disampaikan Ikhwanul-Muslimin untuk unjuk kekuatan sebelum mereka terjun. Dan revolusi adalah cara yang paling keras untuk unjuk kekuatan. Karena itu pandangan Ikhwanul-Muslimin kepadanya lebih tajam dan lebih dalam.”

Kemudian Hasan al-Banna melanjutkan:

“Setelah melalui proses pengkajian dan berbagai pertimbangan maka aku katakan: Sesungguhnya mereka telah sempurna dalam mempersiapkan keimanan dan tahapan konsolidasi. Sehingga ketika mereka menggunakan kekuatan ini niscaya mereka akan lebih mulia dan terang-terangan. Mereka mula-mula memperingatkan, kemudian setelah itu mereka menanti, lalu mereka akan terjun dengan kemuliaan dan kebesaran. Dan mereka akan menanggung segala hasil dari pendirian mereka dengan penuh keridhaan dan ketenangan.”

Hasan aI-Banna dalam Majmu’ah Rasa’il al-Banna (hal. 116) juga mengatakan:

“Kadang bisa dipahami bila para pengada perbaikan dari kaum muslimin merasa cukup dengan memberikan nasehat dan arahan saja . Hal itu apabila mereka mendapati pihak eksekutif (pemerintah, -pent.) tunduk terhadap perintah-perintah Allah dan menerapkan hukum Allah serta menyampaikan ayat-ayat-Nya dan hadits-hadits Nabi-Nya. Adapun keadaannya seperti yang anda lihat, bahwa syariat Islam di satu lembah, sementara pelaksanaannya di lembah yang lain, maka diamnya para pengada perbaikan dari kaum muslimin tidak akan menyelesaikan masalah kecuali dengan bangkit dan merebut wewenang pelaksanaan dari tangan orang-orang yang tidak menerapkan hukum Islam yang lurus ini.”

Pada hal. 178 Hasan al-Banna juga mengatakan:

“Karena itulah Ikhwanul-Muslimin menjadikan paham ke-khilafah-an dan upaya untuk mengembalikannya adalah sebagai puncak manhaj (melodologi) mereka.”

Hasan al-Banna berkata, sebagaimana dalam buku al-Ikhwan Ahdats Shana’at at-Tarikh (1/435):

“Dan mempererat kerjasama antar seluruh wilayah Islam merupakan langkah awal dari pemikiran amali yang serius dalam urusan kekhilafahan yang hilang.”

Dalam tafsir Fi Zhilalil-Qur’an, 3/1451, Sayyid Quthb berkata:

Penegakan pemerintahan yang berasaskan Islam dan mengganti yang tidak berasaskan Islam kepadanya merupakan tujuan revolusi Islam yang menyeluruh dan tidak terbatas pada wilayah tertentu saja. Bahkan itulah misi Islam dan diletakkan di depan kedua mata , yaitu menciptakan revolusi yang menyeluruh di seluruh dunia. Ini adalah tujuan Islam yang paling tinggi dan cita-cita yang paling mulia yang Islam memandang kepadanya dengan sungguh-sungguh. Sesungguhnya tidak ada pilihan lain bagi kaum Muslimin dan anggota partai Islam (melainkan) segera memulai melakukan revolusi yang dicita-citakan dan dengan memanfaatkan perubahan undang-undang di negaranya masing-masing.

Dalam bukunya al-‘Adalah al-Ijtima’iyah, Sayyid Quthb juga mengatakan:

Islam adalah pemikiran revolusioner dan bermanhaj revolusi. Misinya adalah meruntuhkan sistem kemasyarakatan dunia seluruhnya, menghancurkan bangunan mereka dari fondasinya, dan merintis bangunan baru sesuai dengan pemikiran dan manhajnya yang ilmiyah. Dari sini, anda ketahui bahwa lafazh muslim adalah pensifatan untuk partai revolusi dunia yang dibentuk dan dirapikan barisannya oleh seorang lslami ….”

Said Hawa –salah seorang tokoh jama’ah Ikhwanul-Muslimin– dalam buku al-Madkhal ila Da’wah al-Ikhwan (hal. 14) mengatakan:

“Sepantasnya dunia mengetahui bagaimana kami akan memperlakukannya ketika kami telah sampai pada masalah hukum.”

Perhatikan ucapan Mahmud Abdul-Halim –salah satu tokoh manhaj Ikhwanul-Muslimin– dalam buku Majmu’ah ar-Rasa’il:

“Di Mesir, tidak ada suara yang dapat mengungguli suara (Ikhwanul-Muslimin), tidak ada kekuatan yang lebih kuat darinya. tidak ada seruan yang lebih bisa diterima hati selain seruannya Setelah melihat pengaruhnya yang sangat besar, mereka beranggapan bahwa bagaimanapun pengaruhnya sangat membesar namun masih berskala regional (yaitu Mesir), tidak lebih dari itu. Ternyata mereka dikejutkan bahwa pengaruhnya telah mencapai belahan tanah Arab yang paling jauh, sehingga berpindah ke negara Yaman kemudian menetap pada negara lain, dan negara yang baru terus menghamparkan kekuatannya dan hukum terus berlangsung untuknya. Ini semua bermakna bahwa lingkaran ini adalah mata rantai yang akan mengikat negara-negara Arab satu-per-satu dan dengan itu akan terwujud benih Negara Islam.”

Saya (penulis) pernah membaca buku Qafilah al-Ikhwan al-Muslimin karya Abbas As-Sisisalah seorang penganut manhaj (Ikhwanul-Muslimin), pencatat berbagai peristiwa– dan dia mengakuinya pada juz 1 buku ini, dimuat berbagai peristiwa yang menunjukkan bahwa Ikhwanul-Muslimin terbina di atas paham terorisme sejak berdirinya. Perhatikanlah wahai para pembaca:

– Pada juz 1 hal. 258, pembunuhan hakim Ahmad Bek al-Khazandar secara berencana oleh Ikhwanul-Muslimin.

– Pada hal. 267, peristiwa penghancuran stasiun media massa I’lanat Syarqiyah.

– Pada haI. 269-270, peristiwa mobil jeep.

– Pada hal. 271, kilang minyak Lasilki dengan ditemukannya bahan peledak yang ditanam oleh salah seorang dari Ikhwanul-Muslimin.

– Pada hal. 272-273, penyebutan kalangan Ikhwanul-Muslimin yang tersangka pada peristiwa mobil jeep dan vonis hukuman untuk mereka.

– Pada hal. 275, perintah militer menumpas partai Ikhwanul-Muslimin.

– Pada hal. 281, keputusan penumpasan Ikhwanul-Muslimin, dan isi keputusan tertera pada hal. 281-283.

– Pada hal. 285, usaha penghancuran kantor pengadilan lanjutan.

– Pada hal 286, pembunuhan berencana terhadap An-Naqrasyi (Menteri Dalam Negeri Mesir. -pent.) di kantornya oleh salah seorang anggota Ikhwanul-Muslimin.

Semua peristiwa ini terdapat pada akhir juz 1 buku itu. Dan seluruh hal ini dan selainnya terjadi semasa hidup Hasan al-Banna pada rentang tahun 1947-1948 M. Bukankah semua itu adalah bukti yang sangat jelas bahwa Ikhwanul-Muslimin adalah partai yang berpaham takfir yang menggunakan cara-cara kekerasan dan aksi peledakan.

Dan inilah yang disebut TERORISME saat ini.

Tinggalkan komentar